Skip to content
Narrow screen resolution Wide screen resolution Auto adjust screen size Increase font size Decrease font size Default font size blue color orange color green color Sign In

Matematika IPB

IMG_0356.jpg
Beranda
Mengapa Tak Ada Hadiah Nobel Matematika?

Oleh: Kutha Ardana - MathIPB

nobel_prize.pngHadiah Nobel yang digagas ilmuwan Swedia, Alfred Nobel, diberikan setiap tahun sejak 1901 pada cabang: fisika, kimia, sastra, perdamaian, fisiologi/obat-obatan.  Pada tahun 1969, bidang penghargaan diperluas dengan memasukkan bidang ekonomi.  Tentu banyak orang bertanya-tanya, mengapa matematika (”sang ratu dan pelayan ilmu”, menurut E. T. Bell) tidak masuk pada kategori Hadiah Nobel?

Pertanyaan ini terus menjadi topik perbincangan hangat di kalangan para ilmuwan.  Mungkinkah ahli kimia, penemu, sekaligus pebisnis sekaliber Nobel melupakan matematika?  Salah satu spekulasi yang beredar luas menyangkut kehidupan pribadi Nobel.  Nobel dituduh jengkel pada seorang matematikawan asal Swedia yang amat berpengaruh saat itu, Gosta Mittag-Leffler, yang dirumorkan memiliki affair dengan isterinya.  Akan tetapi, penelusuran lebih lanjut dengan mudah membantah “teori selingkuh” ini karena Nobel ternyata tidak pernah menikah.  Ia memang pernah memiliki hubungan asmara dengan seorang wanita asal Wina-Austria, Sophie Hess, namun tak ada satu pun bukti yang menguatkan bahwa wanita ini memiliki hubungan khusus dengan sang matematikawan.  Selain itu, tidak cukup kuat alasan bahwa Mittag-Leffler adalah kandidat terkuat seandainya ada Hadiah Nobel bidang matematika, karena masih ada matematikawan lain seperti Jules Henri Poincare atau David Hilbert yang lebih tersohor reputasinya saat itu.

Alasan lain yang tampaknya lebih masuk akal adalah gagasan awal Hadiah Nobel itu sendiri.  Nobel ingin mendonasikan kekayaannya kepada mereka yang memiliki pencapaian luar biasa sehingga temuannya mempunyai manfaat praktis yang amat signifikan bagi umat manusia.  Hal ini dapat menjelaskan kenapa Hadiah Nobel bidang fisika lebih diberikan pada temuan-temuan yang bersifat eksperimenntal.  Dalam hal ini, Nobel kemungkinan berpandangan bahwa matematika terlalu bersifat teoritis atau ia memang tidak tertarik dengan matematika.

Dalam perkembangannya, matematika tampak mulai mendapat ruang di mata para juri Hadiah Nobel.  Salah satu pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi tahun 1994, John F. Nash, adalah seorang matematikawan yang ahli dalam bidang game theory (The New York Times: Game Theory Captures a Nobel).   Demikian pula para pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi tahun 2007 adalah para matematikawan (Plus Magazine: 2007 Nobel Prizes won by mathematicians).

Hingga saat ini para pemenang Hadiah Nobel tidak ada yang berusia di bawah 40 tahun.  Berbeda halnya dengan Fields Medal atau International Medal for Outstanding Discoveries in Mathematics yang merupakan penghargaan bergengsi bagi matematikawan berusia kurang dari 40 tahun.  Dengan demikian para matematikawan sesungguhnya tidak perlu khawatir seputar tidak masuknya matematika dalam nominasi Hadiah Nobel karena justru dimungkinkan meraih dua penghargaan bergengsi ini sekaligus dengan cara: i) matematikawan muda terlebih dahulu berkonsentrasi untuk meraih Fields Medal, kemudian ii) menerapkan kajian teoritisnya pada bidang lain seperti yang dilakukan John F. Nash.

Kutha Ardana – MathIPB, Oct. 2011
 
< Sebelumnya   Berikutnya >

Random Quotes

Hidup memiliki lebih banyak imajinasi daripada impian kita.

anonim

Syndicate

Visitors Counter

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterToday322
mod_vvisit_counterYesterday192
mod_vvisit_counterThis week514
mod_vvisit_counterThis month2097
mod_vvisit_counterAll2277741